Rabu, 31 Maret 2010

Cerpen,Jeritan bintik merah

Cerpen,Jeritan bintik merah.


Dena tercenung lama memikirkan kalimat Lia tersebut... Andai ia bisa mendengar suaraku. Ingin sekali aku menasehatinya.

�Waaaaaaaaaaaa....� jeritan lantang memecah
hening pagi.
�Ada apa ? Ada apa ?�
�Ada maling ?�
�Nggak... nggak ada maling kok. Cuma ada
ini.�
�Ya ampun Dena. Kirain kakak ada apa ? Hanya
jerawat?�
�Lain kali nggak usah pake jerit-jerit gitu.
Malu didengar tetangga. Pagi-pagi sudah ribut �
Keramaian itu bubar. Penonton kecewa.
Gadis itu kembali terpaku di depan cermin.
Menatapku, menyesali kelahiranku dan dua saudara kembarku.
Benarkah kehadiran kami membawa malapetaka
baginya ? O... betapa malangnya nasib kami.
�Tahu obat mujarab buat ngilangin tiga
bintik ini nggak? Aku nggak pede banget nih,� tanya Dena pada Lia saat pulang sekolah.
�Daripada pake sembarang merk, mending kamu
ke dokter spesialis kulit aja! Kakakku pernah ke
sana. Kalau mau nanti aku sms alamat dan no telepon kliniknya.�
�Tarifnya mahal nggak?�
�Ya kalau konsultasi, sama aja kayak di
dokter umum. Nggak nyampe lima puluh. Obatnya aja yang rada mahal.

Ngg... nggak pa pa deh

Yang penting
wajahku mulus lagi. Aku nggak pede, jalan dengan
muka begini.
Ya sudah. Di rumah nanti aku cari
alamatnya. Aku duluan ya. Bye...
Kalian dengar sendiri kan? Dia nggak pengen
kita hidup lama, gerutuku pada kejora kiri dan
kejora atas, saudara kembarku. Baru satu hari
melihat indahnya dunia, kami sudah mau dienyahkan. Padahal umur kami nggak lama kok. Paling seminggu.
Wajar sih kalo dia sebel sama kita. Maklum
remaja kayak Dena kan lagi puber-pubernya. Tepe-tepe mulu sama cowok.
Ya. Apalagi dia kan lagi naksir Agus.
Kalian lihat sendiri kan gimana saltingnya dia pas
ketemu Agus tadi. Kayak mukanya penupenuh lendir kodok aja. Padahal cuma ada kita bertiga doang.
Jadi gimana nih ?Masak diem aja sih ?!
Emang kita bisa apa ? seru kejora kanan.
Mau teriak-teriak sampe dia ngebatalin rencananya? Mana bisa?! Dia nggak ngerti bahasa kita.
He eh, Nan. Kamu nggak usah ikutan stres kayak si Dena. Nyantai aja lah. Nikmati hidup yang singkat ini, tambah kejora atas.
Piuh... mau tak mau aku harus membenarkan
ucapan mereka. Kami nggak bisa berbuat banyak.
Bergerak nggak bisa, bicara juga susah. Dena nggak bakal paham. Yup mending nikmati aja. Mudah-mudahan obat si dokter itu nggak bikin kami mati seketika. Aku masih ingin hidup lebih lama.
Dena duduk cemberut di kamar kakaknya. Ia
kesal karena Ibu tidak mengijinkannya pergi ke
dokter spesialis kulit. Buang-buang duit aja, begitu
alasannya. Aku setuju sekali dengan alasan Ibu itu.
Untuk remaja seumur kamu, jerawat itu
biasa, Dena, hibur Kak Dini. Di masa remaja,
terjadi perubahan hormonal yang merangsang kerja kelenjar minyak kulit. Kelenjar itu akan membesar dan menghasilkan minyak lebih banyak. Minyak ini dialirkan ke folikel rambut. Tahu apa itu folikel rambut?
Dena menggeleng.
Folikel rambut adalah bangunan yang
membentuk kantung di sekeliling akar rambut. Minyak selanjutnya akan keluar melalui pori-pori kulit. Nah pada kondisi tertentu, pori-pori kulit ini dapat tertutup, akibatnya minyak menumpuk di kantung itu. Sumbatan ini bila terinfeksi kuman yang hidup di sekitar folikel bisa menimbulkan peradangan, bengkak, dan bernanah. Ya, kayak di pipi sama jidat kamu itu !
Tapi Kak, aku kan rajin cuci muka. Kok,
jerawat tetap nongol ya?
Penyebab jerawat itu bukan hanya masalah
pori-pori kulit yang tersumbat. Ada faktor lain yang memicu timbulnya jerawat seperti: stres, makanan, dan pola hidup. Jerawat juga bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Artinya, kalo orang tuanya berjerawat, anaknya juga beresiko jerawatan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KLIKPTC

KLIKAJADEH

Program Bisnis